MAJAS
Dinginnya udara masih
terasa menggigit kulit.
Dalam kalimat tersebut
udara diumpamakan sebagai makhluk hidup yang dapat menggigil.
Dengan pengibaratan itu muncul imajinasi pada benak kita. Pengibaratan seperti
itu merupakan upaya penulis dalam mengolah bahasa agar memiliki kekuatan
imajinatif. Pengolahan yang seperti itulah yang disebut majas
Macam - Macam Majas:
Majas Hiperbola:
majas yang mengandung pernyataan berlebihan
dengan maksud untuk
membesar-besarkan sesuatu hal. Maksudnya adalah untuk memperhebat dan
meningkatkan kesan pembaca.
Contoh:
Perbuatan mendonor
darah merupakan sejuta kenangan yang indah. (sangat lama dikenang atau sangat
berkesan)
Pecah kepalaku
memikirkan soal matematika ini. (sangat bingung).
Majas Litotes: majas yang
menyatakan sesuatu dengan menggunakan kata yang berlawanan makna dengan maksud
untuk merendahkan diri.
Contoh:
Setetes darah sangat
berarti bagi nyawa seseorang. (sekantong darah sangat berguna bagi orang yang
kekurangan darah)
Hanya makanan sederhana
inilah yang dapat saya hidangkan. (padahal makanan mewah).
Majas Ironi: majas yang
menyatakan kebalikan dari yang sebenarnya dengan maksud berolok-olok atau menyindir secara halus.
Contoh:
Bukan main rajinmu,
sudah seminggu membolos. (sungguh pemalas)
Memang bersih hatimu,
semua orang dicaci maki. (berakhlak rendah)
Majas Sinisme: sindiran yang
lebih kasar dari ironi
Contoh:
Inikah perbuatan anak
kelas 3 SMP.
Bagus benar tulisanmu,
seperti cakar ayam.
Majas Sarkasme: sindiran kasar
dan menyakitkan hati
Contoh:
Karangan seperti ini
lebih baik dibuang di tempat sampah
Hai, monyet keluar !
Majas Paradoks: majas
pertentangan yang mengandung pernyataan seolah-olah bertentangan, tetapi
sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.
Contoh:
Dia orang kaya, tetapi
miskin.
Gajinya besar, tetapi
hidupnya melarat.
Majas Antitesis:
majas pertentangan yang menggunakan paduan-paduan kata yang berlawanan
arti.
Contoh:
Hidup matinya, susah
senangnya, itu tanggung jawabku.
Tua muda, besar
kecil, laki perempuan semua hadir dalam rapat akbar itu.
Majas Metonomia:
majas yang berupa pemakaian nama, ciri, atau nama hal yang ditautkan dengan
orang, barang, atau hal sebagai penggantinya.
Contoh:
Ia sedang
menelaah Chairil Anwar. (mempelajari karya-karyanya)
Olahragawan itu hanya
mendapat perunggu. (medali perunggu)
Majas Sinekdoke:
majas pertautan yang menyebutkan nama, bagian sebagai pengganti nama
keseluruhannya (Pars pro toto) dan majas pertautan yang menyebutkan nama
keseluruhan sebagai pengganti nama bagiannya (Totem pro parte)
Contoh:
Pars pro toto
Yang akan menyaksikan
pertandingan itu oleh panitia dikenakan tarif Rp 500,00 per kepala. (secara
utuh perseorangan)
Dalam peristiwa banjir
bandang itu, enam ekor sapi hanyut. (secara utuh; bukan ekor saja)
Totem pro
parte
Pada pesta olahraga di
Barcelona, Indonesia meraih dua medali emas. (Susi Susanty dan Alan Budi
Kusuma)
Indonesia berhasil
meraih juara pertama dalam festival lagu sedunia yang diselenggarakan di
Finlandia. (Ruth Sahanaya dengan lagu berjudul Kaulah Segalanya)
Majas Alusio: majas yang
merujuk secara tidak langsung kepada karya satra, salah seorang tokoh, atau
peristiwa. Dalam pengertian lain, majas ini sering diartikan sebagai majas yang
menggunakan ungkapan atau peribahasa yang sudah umum diketahui.
Contoh:
1. Desa ini pak Suryadi boleh
dikata sebagai lubuk akal tepian ilmu. (tempat bertanya karena ilmunya banyak)
2. Caranya dia
berbicara terlihat seperti ilmu padi yang semakin berisi semakin merunduk.
(tenang, tidak sombong karena kelebihan kepandaiannya)
3. Peristiwa Lubang
Buaya yang mengerikan itu, menuntut kita lebih meningkatkan pengamalan dan
penghayatan terhadap Pancasila. (pemberontakan G 30 S/PKI)
4. Dalam pembangunan
sekarang ini, kita sebagai generasi penerus hendaknya dapat meneruskan semangat
10 November 1945 demi kemakmuran dan kemajuan bangsa Indonesia. (perjuangan;
jiwa patriotik)
Majas Eufimisme:
majas yang mengungkapkan sesuatu dengan halus sebagai pengganti ungkapan
yang dirasakan kasar atau dianggap merugikan atau tidak menyenangkan bagi yang
mendengarkan.
Contoh:
1. Sebenarnya putra bapak pandai, hanya dalam belajar perlu ditingkatkan.
(arti sesungguhnya bodoh dalam kemalasan)
2. ”Jika kamu ke belakang, janganlah mencoret-coret dinding WC atau kamar
mandi!” kata Ibu Norma kepada murid-muridnya. (buang air; kencing)
Majas
Tautologi: gaya bahasa yang disusun dengan menyebutkan suatu hal
atau keadaan sebanyak dua kali dengan maksud untuk memberi kesan yang lebih
mendalam kepada pembaca.
Contoh:
Tiada kuasa, tiada
berdaya, berlayar dalam angan, berlayar dalam harapan.
Majas
Pleonasme: gaya bahasa yang disusun dengan menambahkan kata kedua
yang maknanya telah disebutkan pada kata yang pertama. Gaya bahasa Pleonasme
dimaksudkan untuk memberi kesan menyangatkan terhadap hal yang diungkapkan pada
kata pertama.
Contoh:
Jatuh ke bawah lembah,
maju ke depan.
Turun ke bawah,
melihat dengan mata kepala sendiri.
Majas
Enumerasia: gaya bahasa yang disusun dengan memecahkan (merinci)
suatu hal atau keadaan menjadi beberapa bagian agar maksudnya menjadi lebih
jelas.
Contoh:
Musim hujan bulan
Desember udara basah dan anginnya dingin.
Pohon-pohon kaku
tegak, ranting diam membisu lewatkan waktu.
Majas
Paralelisme: gaya bahasa yang disusun dengan mengulang sebagian
pernyataan dalam sebuah kalimat (baris) dengan maksud untuk memberikan kesan
yang lebih mendalam terhadap apa yang diungkapkan.
Contoh:
Kutulis sebaris sajak
sebagai pelepas rindu
Kutulis sebaris sajak
untuk mengingat wajahmu
Majas
Retisense: gaya bahasa yang tidak dinyatakan secara lengkap karena
perasaan penyair tidak terwakili lewat kata-kata. Untuk itu, penyair mengganti
pernyataannya dengan menambahkan titik-titik(....)
Contoh:
Siapa kuasa balikkan
waktu
Meniti kembali
perjalanan lalu
Menata harap
meniti....
.
Majas Personifikasi/Penginsanan: memanusiakan
benda-benda mati
Contoh:
Burung-burung bernyanyi
menyambut pagi
Karang itu seakan diam
seribu bahasa
Majas Metafora:
perbandingan secara langsung benda yang satu dengan benda yang lain, yang
memiliki sifat yang sama.
Contoh:
Dialah sampah
masyarakat
Dewi malam beranjak
dari singgasana
Majas Simele: perbandingan
yang menggunakan kata seperti, laksana dan bak.
Contoh:
Pembalap itu
mengendarai motor seperti mengendarai angin.