Senin, 23 Desember 2013

Majas



MAJAS

Dinginnya udara masih terasa menggigit kulit.
Dalam kalimat tersebut udara diumpamakan sebagai makhluk hidup yang dapat menggigil. Dengan pengibaratan itu muncul imajinasi pada benak kita. Pengibaratan seperti itu merupakan upaya penulis dalam mengolah bahasa agar memiliki kekuatan imajinatif. Pengolahan yang seperti itulah yang disebut majas

Macam - Macam Majas:

   Majas Hiperbola: majas yang mengandung pernyataan berlebihan  dengan maksud  untuk membesar-besarkan sesuatu hal. Maksudnya adalah untuk memperhebat dan meningkatkan kesan pembaca.
Contoh:
Perbuatan mendonor darah merupakan sejuta kenangan yang indah. (sangat lama dikenang atau sangat berkesan)
Pecah kepalaku memikirkan soal matematika ini. (sangat bingung).
 
  Majas Litotes: majas yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan kata yang berlawanan makna dengan maksud untuk merendahkan diri.
Contoh:
Setetes darah sangat berarti bagi nyawa seseorang. (sekantong darah sangat berguna bagi orang yang kekurangan darah)
Hanya makanan sederhana inilah yang dapat saya hidangkan. (padahal makanan mewah).
    
   Majas Ironi: majas yang menyatakan kebalikan dari yang sebenarnya dengan maksud berolok-olok atau menyindir secara halus.
Contoh:
Bukan main rajinmu, sudah seminggu membolos. (sungguh pemalas)
Memang bersih hatimu, semua orang dicaci maki. (berakhlak rendah)


   Majas Sinisme: sindiran yang lebih kasar dari ironi
Contoh:
Inikah perbuatan anak kelas 3 SMP.
Bagus benar tulisanmu, seperti cakar ayam.

   Majas Sarkasme: sindiran kasar dan menyakitkan hati
Contoh:
Karangan seperti ini lebih baik dibuang di tempat sampah
Hai, monyet keluar !

   Majas Paradoks: majas pertentangan yang mengandung pernyataan seolah-olah bertentangan, tetapi sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.
Contoh:
Dia orang kaya, tetapi miskin.
Gajinya besar, tetapi hidupnya melarat.

   Majas Antitesis: majas pertentangan yang menggunakan paduan-paduan kata yang berlawanan arti.
Contoh:
Hidup matinya, susah senangnya, itu tanggung jawabku.
Tua muda, besar kecil, laki perempuan semua hadir dalam rapat akbar itu.

   Majas Metonomia: majas yang berupa pemakaian nama, ciri, atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang, atau hal sebagai penggantinya.
Contoh:
Ia sedang menelaah Chairil Anwar. (mempelajari karya-karyanya)
Olahragawan itu hanya mendapat perunggu. (medali perunggu)

   Majas Sinekdoke: majas pertautan yang menyebutkan nama, bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya (Pars pro toto) dan majas pertautan yang menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama bagiannya (Totem pro parte)
Contoh:
Pars pro toto
Yang akan menyaksikan pertandingan itu oleh panitia dikenakan tarif Rp 500,00 per kepala. (secara utuh perseorangan)
Dalam peristiwa banjir bandang itu, enam ekor sapi hanyut. (secara utuh; bukan ekor saja)

Totem pro parte
Pada pesta olahraga di Barcelona, Indonesia meraih dua medali emas. (Susi Susanty dan Alan Budi Kusuma)
Indonesia berhasil meraih juara pertama dalam festival lagu sedunia yang diselenggarakan di Finlandia. (Ruth Sahanaya dengan lagu berjudul Kaulah Segalanya)
   Majas Alusio: majas yang merujuk secara tidak langsung kepada karya satra, salah seorang tokoh, atau peristiwa. Dalam pengertian lain, majas ini sering diartikan sebagai majas yang menggunakan ungkapan atau peribahasa yang sudah umum diketahui.
Contoh:
1. Desa ini pak Suryadi boleh dikata sebagai lubuk akal tepian ilmu. (tempat bertanya karena ilmunya banyak)
2. Caranya dia berbicara terlihat seperti ilmu padi yang semakin berisi semakin merunduk. (tenang, tidak sombong karena kelebihan kepandaiannya)
3. Peristiwa Lubang Buaya yang mengerikan itu, menuntut kita lebih meningkatkan pengamalan dan penghayatan terhadap Pancasila. (pemberontakan G 30 S/PKI)
4. Dalam pembangunan sekarang ini, kita sebagai generasi penerus hendaknya dapat meneruskan semangat 10 November 1945 demi kemakmuran dan kemajuan bangsa Indonesia. (perjuangan; jiwa patriotik)

   Majas Eufimisme: majas yang mengungkapkan sesuatu dengan halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar atau dianggap merugikan atau tidak menyenangkan bagi yang mendengarkan.
Contoh:
1.    Sebenarnya putra bapak pandai, hanya dalam belajar perlu ditingkatkan. (arti sesungguhnya bodoh dalam kemalasan)
2.    ”Jika kamu ke belakang, janganlah mencoret-coret dinding WC atau kamar mandi!” kata Ibu Norma kepada murid-muridnya. (buang air; kencing)

    Majas Tautologi: gaya bahasa yang disusun dengan menyebutkan suatu hal atau keadaan sebanyak dua kali dengan maksud untuk memberi kesan yang lebih mendalam kepada pembaca.
Contoh:
Tiada kuasa, tiada berdaya, berlayar dalam angan, berlayar dalam harapan.

    Majas Pleonasme: gaya bahasa yang disusun dengan menambahkan kata kedua yang maknanya telah disebutkan pada kata yang pertama. Gaya bahasa Pleonasme dimaksudkan untuk memberi kesan menyangatkan terhadap hal yang diungkapkan pada kata pertama.
Contoh:
Jatuh ke bawah lembah, maju ke depan.
Turun ke bawah, melihat dengan mata kepala sendiri.

    Majas Enumerasia: gaya bahasa yang disusun dengan memecahkan (merinci) suatu hal atau keadaan menjadi beberapa bagian agar maksudnya menjadi lebih jelas.
Contoh:
Musim hujan bulan Desember udara basah dan anginnya dingin.
Pohon-pohon kaku tegak, ranting diam membisu lewatkan waktu.

   Majas Paralelisme: gaya bahasa yang disusun dengan mengulang sebagian pernyataan dalam sebuah kalimat (baris) dengan maksud untuk memberikan kesan yang lebih mendalam terhadap apa yang diungkapkan.
Contoh:
Kutulis sebaris sajak sebagai pelepas rindu
Kutulis sebaris sajak untuk mengingat wajahmu

    Majas Retisense: gaya bahasa yang tidak dinyatakan secara lengkap karena perasaan penyair tidak terwakili lewat kata-kata. Untuk itu, penyair mengganti pernyataannya dengan menambahkan titik-titik(....)
Contoh:
Siapa kuasa balikkan waktu
Meniti kembali perjalanan lalu
Menata harap meniti....
.
    Majas Personifikasi/Penginsanan: memanusiakan benda-benda mati
Contoh:
Burung-burung bernyanyi menyambut pagi
Karang itu seakan diam seribu bahasa

    Majas Metafora: perbandingan secara langsung benda yang satu dengan benda yang lain, yang memiliki sifat yang sama.
Contoh:
Dialah sampah masyarakat
Dewi malam beranjak dari singgasana


    Majas Simele: perbandingan yang menggunakan kata seperti, laksana dan bak.
Contoh:
Pembalap itu mengendarai motor seperti mengendarai angin.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar