SAHABAT
Semakin
hari yang ku rasakan semakin suram. Aku dan sahabatku sedang bertengkar akibat
kesalah pahaman. Ia mengira aku sudah tidak memperhatikannya lagi dan aku sudah
tidak menganggapnya sebagai sahabat. Padahal aku sama sekali tidak seperti yang
dia tuduhkan kepadaku. Hampir setiap hari.... Aku mengirim e-mail kepadanya.
Menjelaskan bahwa aku benar benar tidak seperti apa yang dia pikirkan. Namun,
semua e-mail yang ku kirim padanya, tak
ada satu pun yang ia balas. Sungguh, Aku merasa sangat tidak nyaman. Sahabatku
....menganggapku sebagai penghianat. Entah kenapa dia berfikir seperti itu
padahal aku sama sekali tisak seperti yang dia pikirkan! Sungguh!
Di saat kegundahan hatiku karena sahabatku, Aku mendapat
kabar bahwa dia kecelakaan dan sekarang di rawat di rumah sakit. Aku segera
datang ke rumah sakit untuk menjenguk sahabat tercintaku setelah sampai di
depan kamarnya aku pun melihat wajah ibundanya sedang menangis karena anaknya
terkena penyakit sesak nafas. Lalu sang ibundanya memintaku untuk mendoakan
anaknya agar bisa sehat kembali dan bisa bersama sama dengan semua keluarga,
teman, dan sahabat tercinta .
Setelah beberapa hari
sahabatku pun lekas sembuh dan pada hari pertama dia sembuh aku dan
teman temanku pada saat duduk di SD makan makan di sebuah rumah makan yang bisa
di katakan cukup bagus. Walaupun dia sudah sehat hatiku tetap masih merasa
cemas karena takut penyakit itu kambuh suatu saat. Pada saat dia minum es,
Karena aku sangat kawatir tentang kondisinya yang belum di katakan sembuh
total. Aku langsung berkata “ Sob, kenapa kamu minum es padahal kamu baru
sembuh “.kata ku sambil merasa kawatir. Lalu dengan enaknya dia berkata “ gak
papa Sob, Cuma sekali “. Setelah dengar dia berkata seperti itu aku mencoba
untuk menahan dia agar tidak meminum es terlalu banyak.
Setelah beberapa bulan kami bertengkar hanya masalah
kesalah pahaman akhirnya kami pun menjadi sahabat yang rukun dan aku pun sangat
bahagia karena selain kami sudah berkumpul kami dalam keadaan yang sehat dan
semua itu kami lakukan agar persahabatn kami tidak rapuh hanya gara gara
masalah sepele.
Dan akhirnya kami pun jarang bertemu karena jarak yang
memisahkan. Aku di perintahkan kedua orang tuaku untuk mencari ilmu sedangkan
dia di perintahkan menetap di rumah. Walaupun jarak yang memisahkan kami tetapi
kami pun sering berkomunikasi walaupun hanya memalui SMS ataupun telepon.
Dua tahun berselang kami pun mersa senang karena setelah
hampir dua tahun kami tidak bertemu akhirnya kami di pertemukan juga dengan
keadaan yang baik. Tetapi dari raut wajah sang sahabat tercintaku ada yang
membuatnya selalu memikirkan sesuatu. Setelah aku tanya dan sangat terkejutnya
aku kalau setelah dia sakit ternyata sekarang ibundanya terkena tumor. Semenjak
aku dengar berita tersebut aku pun turut prihatin kenapa cobaan terus bertubi
tubi menimpa keluarganya tetapi kami tidak menyerah selain kami berusaha
mencari jalan yang terbaik untuk ibundanya kami pun berdoa memohon kepada ALLAH
SWT agar memberi kesehatan kepada ibundanya yang tercinta.
Karena sekarang jarak jauh, Aku pun hanya bisa membantu
dengan mendoakan saja tidak bisa dengan fisik. Aku pun lebih terkejut pada saat
dia memberitahuku kalau tidak lama kemudian ibundanya akan menjalani operasi.
Mungkin itu yang membuatnya tidak fokus belajar untuk sekolah. Aku merasa berat
ninggalin sahabat dengan kondisi seperti itu karena dia tidak punya teman yang
bisa untuk mencari jalan keluar kecuali aku dan saat ini aku berada jauh dari
jangkauannya.
Jika aku bertemu lagi aku akan mengucapkan kalimat maaf
kalau aku tidak bisa membantu dengan maksimal karena waktuku sekarang sedang
sibuk. Aku akan berpesan “ Sob, maaf banget ya aku gak bisa bantu sekarang aku
lagi ada misi yang menentukan masa depanku yaitu mencari ilmu untuk masa yang
akan datang. Jadi mohon jangan menganggap aku kalau aku orangnya egois gak mau
ngertiin sahabatnya sendiri tapi ini juga perintah orang tuaku Sob.
“Kapan kapan aku ingin kalau kita rekreasi bareng temen
temen SD yang juga membantu kita dulu. Tetapi jangan flashback Sob... nanti
kamu ingin ketemu sama seseorang yang mungkin pernah menjadi sesosok orang yang
terpenting setelah keluarga, dan sahabatmu alias sang mantan..”. Kataku dengan
nada menyinggung
“Nggak lah Sob .., Ngapain flashback kalau yang sekarang
tambah lebih baik, lebih cakep dari pada yang dulu. Ntar kamunya yang flashback
kan kamu sekarang masih ada rasa tuh sama anaknya......”. Balasnya dengan nada
membalikkan perkataanku tadi.
“Ya sih tapi jangan keras keras ntar ketahuan orang lain
gimana ?”. Balasku dengan malu
“Ya gitu dong .., mau
ngaku siapa yang flashback..., Tak bilangin anaknya gak papa ta?”. Balasnya
lagi dengan merendahkan mentalku.
“Yaudah aku nyerah hari ini aku kalah tetapi pertandingan
ini masih berlanjut sampai episode selanjutnya....,, Ow ya kamu masih inget kan
janji kita?”. Kataku
“Masih lah yang kalau kita lagi marahan gak boleh lebih
sampai tiga hari”. Balasnya dengan nada semangat
Setelah itu aku berangkat les dan esok harinya terjadi
peristiwa yang kami nanti yaitu aku pulang dan berkumpul dengan temen SD
meskipun tidak semua bisa hadir tetapi itu sudah membuatku bahagia karena
ternyata semua temanku masih ingat dan tidak sombong kepadaku juga mereka setia
menunggu aku pulang . Setelah selesai akhirnya aku juga bertemu temen yang
selalu membuatku tertawa,menangis,marah, dan masih banyak yang lainnya yaitu
temen rumah yang bisa di katakan masih ingat dan tidak sombong. Selang beberapa
hari aku harus kembali mencari ilmu.
Walaupun kami bertemu hanya sebentar tetapi perasaan kami
sudah puas karena kami bisa di temukan kembali meskipun masih ada rasa kangen
antara kami. Bagaimanapun rasa kangen kami tetapi kalau waktu sudah gak ada
lagi kami rela asalkan tetap berkomunikasi karena aku menganggap sahabatku
sebagai keluargaku sendiri. Kalau senang, sedih, ada masalah mungkin dia lah
orang yang pertama yang aku curhati walaupun kadang dia tidak bisa memberi
solusi yang baik. Karena kami adalah sahabat yang mungkin gak bisa lupa antara
satu sama lain.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar